28.6.09

Saya Peduli, Dengan Cara Saya Sendiri

Teman saya menuliskan ini dalam status fesbuknya:
Tiap orang memang berbeda, trus naro harepan ke tiap org jg berbeda?


Maka, pikiran saya kembali melayang dan menelaah maksudnya. Rasa-rasa sinkron sekali itu kalimat dengan yang sedang saya pikirkan. Hmmf..

Ya, tiap orang memang berbeda, dan kita hidup bersama-sama. Dan mungkin ya, insting kita sebagai manusia sosial, taraf harapan itu muncul secara relatif berdasarkan pada siapa yang dengannya akan ditumpukan itu harapan. Itu ternormalisasi begitu saja menurut saya. Dan ketika semakin dewasa, insya Allah semakin mengerti dan bisa menyesuaikan diri.

Katakanlah saya. Saya merasa begitu berbeda pada beberapa lingkungan di sekitar saya. Dan kadang, ada kalanya saya melakukan sesuatu dengan 'method' yang sama tapi inisialisasi dan logika yang berbeda. Mungkin seperti itu jika kasusnya dianalogikan dengan definisi pemrograman. Method itu punya nama yang sama, tapi sayangnya saya punya variabel yang terbatas sehingga bagaimanapun caranya saya harus memaksimalkan logika dengan menggunakan keterbatasan variabel tersebut dengan harapan menghasilkan return value yang diharapkan. Dan anggap saja return value itu harapan. Maka, ketika return value tidak sesuai, biasanya program menyediakan exceptionhandler dimana ketidaksesuaian itu ditangani. Tapi yang jelas, ya si method tadi, mau gimanapun logikanya, tetap saja 0, atau salah. Itu tidak akan bisa digunakan jika suatu saat dibutuhkan, hmm, mungkin semacam if-condition dimana si return value method yang tadi itu harus 1, atau benar, atau sesuai dengan yang diharapkan.

Tapi itu komputer kan? Pemrograman. Logika. Tapi kita? Kita punya hati untuk saling mengerti. Punya hati untuk saling memahami. Punya hati untuk bertoleransi. Punya hati untuk merubah keterbatasan variabel tadi. Yaa, lots we can do!

Haha, mungkin jadi agak membingungkan. Huehe.. ^^v

Intinya, mungkin saya memang egois. Sungguh. Tapi sebenarnya, seegois apapun kesan tentang saya, sebenarnya saya hanya punya cara sendiri untuk menyatakan bahwa saya peduli, dan saya memahami dan saya mencoba mengerti. Saya bukan yang berharap, tapi saya yang diharapkan kali ini. Tapi ini lah saya cara. Cara saya begini. Cara saya tertuang dalam method yang tidak biasa dengan, tentu saja, berorientasi pada harapan. Coba tolong telaah lagi, pahami, resapi. Maka, cobalah hargai dengankatakan iya bila iya, atau tidak jika tidak. Karena ketika kamu kecewa atas kejadian yang tidak sesuai dengan harapan, saya bisa belajar, dan mencoba lebih baik lagi. Dengan cara saya sendiri tentunya. Karena saya manusia. Yang sidik jarinya saja berbeda dengan yang lainnya, apalagi sifat yang tidak terlihat secara nyata tapi sungguh berasa dan sangat kompleks tentunya. Saya punya cara, dan sudah saya sampaikan caranya. Now back to yourself. Saya nggak mau memaksa. Kita kan sudah sama-sama dewasa. :)

0 comment:

Post a Comment